Profil Desa Paberasan

Ketahui informasi secara rinci Desa Paberasan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Paberasan

Tentang Kami

Profil Desa Paberasan, Sampang, Cilacap. Mengupas perjuangan dalam menjaga identitas lumbung padi melalui pertanian tadah hujan yang adaptif, serta denyut nadi kebudayaan yang hidup dan bersemangat lewat kesenian Ebeg yang telah melegenda di desa ini.

  • Identitas Ganda sebagai Desa Agraris dan Budaya

    Desa Paberasan memiliki karakter yang unik, di mana identitasnya sebagai lumbung padi historis berjalan beriringan dengan perannya sebagai benteng pelestarian kesenian tradisional Ebeg (kuda lumping) yang sangat mengakar.

  • Ekonomi Adaptif Berbasis Pertanian Tadah Hujan

    Perekonomian desa menunjukkan tingkat adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam, dengan pola tanam rotasi antara padi di musim hujan dan palawija (terutama singkong) di musim kemarau, yang juga menumbuhkan industri olahan pangan skala rumahan.

  • Kerentanan terhadap Faktor Iklim

    Sebagai desa yang mayoritas lahannya merupakan sawah tadah hujan, tantangan terbesar yang dihadapi secara konsisten ialah ketersediaan air dan ancaman kekeringan, terutama selama puncak musim kemarau.

Pasang Disini

Di hamparan wilayah Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap, Desa Paberasan berdiri sebagai sebuah komunitas dengan jiwa yang kaya dan berlapis. Namanya, yang berakar dari kata "beras", menyiratkan sebuah sejarah panjang sebagai daerah penghasil padi. Namun identitas Paberasan tidak hanya terukir di pematang sawah. Di sela-sela kesibukan agraris, desa ini juga merupakan panggung utama bagi gempita kesenian Ebeg, sebuah seni tari tradisional yang menjadi jantung kebudayaan dan kebanggaan komunal.

Desa Paberasan ialah potret perjuangan dan perayaan. Perjuangan dalam mengolah lahan tadah hujan yang sangat bergantung pada kemurahan langit dan perayaan kehidupan yang diekspresikan melalui hentakan kaki para penari Ebeg. Desa ini mengajarkan tentang resiliensi, adaptasi, dan pentingnya merawat warisan budaya sebagai sumber kekuatan. Profil ini akan menyelami dua sisi kehidupan Desa Paberasan: semangatnya sebagai lumbung padi dan denyut nadinya sebagai sanggar kesenian yang hidup.

Paberasan: Spirit Lumbung Padi dalam Pertanian Adaptif

Nama "Paberasan" secara harfiah dapat diartikan sebagai "tempat beras". Ini menandakan bahwa sejak dahulu, desa ini memiliki peran penting sebagai salah satu lumbung pangan di wilayahnya. Spirit ini terus dijaga oleh masyarakatnya hingga kini, meskipun dengan tantangan yang semakin kompleks, terutama terkait dengan kondisi alam.

Sebagian besar lahan pertanian di Desa Paberasan merupakan sawah tadah hujan. Artinya, siklus tanam sangat ditentukan oleh curah hujan, bukan oleh aliran irigasi teknis. Pola ini menuntut kearifan dan strategi adaptasi yang tinggi dari para petani.

  • Musim Hujan
    Lahan dimanfaatkan secara optimal untuk menanam padi, mengejar target produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan untuk dijual.
  • Musim Kemarau
    Seperti pada periode saat ini (Juni 2025), di mana curah hujan sangat minim, lahan-lahan yang kering tidak dibiarkan menganggur. Para petani beralih menanam tanaman palawija yang lebih tahan kekeringan, terutama singkong, jagung, dan kacang-kacangan.

Sistem pertanian adaptif ini merupakan wujud ketangguhan masyarakat Paberasan dalam menyiasati keterbatasan sumber daya air dan menjaga agar lahan tetap produktif sepanjang tahun.

Gempita Ebeg: Jantung Kebudayaan dan Identitas Komunal

Jika pertanian adalah urat nadi ekonomi, maka kesenian Ebeg ialah jantung kebudayaan Desa Paberasan. Desa ini dikenal sebagai salah satu basis utama bagi pelestarian dan pengembangan seni Ebeg (sering juga disebut kuda lumping atau jaran kepang) di Kecamatan Sampang. Kesenian ini lebih dari sekadar tontonan; ia adalah ritual, ekspresi syukur, dan perekat sosial.

Keberadaan satu atau lebih grup kesenian Ebeg yang aktif di desa ini menjadi pusat dari banyak kegiatan komunal.

  • Fungsi Ritual dan Sosial
    Ebeg sering dipentaskan dalam berbagai acara penting seperti perayaan panen, hajatan pernikahan, khitanan, atau upacara bersih desa (sedekah bumi). Kehadirannya dipercaya dapat menolak bala dan mendatangkan berkah.
  • Warisan Lintas Generasi
    Keahlian menari, memainkan musik pengiring (gamelan bendhe), dan bahkan "ilmu" untuk adegan mendem (kesurupan) diwariskan dari para senior kepada generasi muda. Ini menjadikan sanggar Ebeg sebagai lembaga pendidikan budaya non-formal.
  • Identitas dan Kebanggaan
    Memiliki grup Ebeg yang ternama menjadi suatu kebanggaan bagi desa. Ini memberikan Desa Paberasan sebuah identitas yang unik dan membedakannya dari desa-desa lain.

Denyut Ekonomi Kreatif dari Olahan Palawija

Adaptasi pertanian di musim kemarau dengan menanam singkong dalam jumlah besar telah melahirkan sektor ekonomi kreatif turunan di tingkat rumah tangga. Para ibu di Desa Paberasan dikenal terampil mengolah singkong menjadi berbagai produk makanan ringan yang memiliki nilai jual.

UMKM olahan singkong ini antara lain memproduksi:

  • Opak Singkong
    Kerupuk tipis dari adonan singkong yang dijemur lalu digoreng, menghasilkan rasa yang gurih dan renyah.
  • Kripik Singkong
    Irisan tipis singkong yang digoreng dengan berbagai varian rasa.
  • Makanan Tradisional Lainnya
    Seperti tiwul atau gatot yang diolah untuk konsumsi lokal.

Industri rumahan ini berperan penting sebagai sumber pendapatan tambahan bagi keluarga, terutama saat menunggu musim panen padi atau di tengah ketidakpastian hasil pertanian.

Tata Kelola Desa: Antara Ketahanan Pangan dan Pelestarian Budaya

Pemerintah Desa Paberasan, bersama BPD, menghadapi tugas ganda yang unik: memastikan ketahanan pangan warganya sekaligus merawat warisan budayanya yang berharga. Arah kebijakan dan program desa seringkali mencerminkan dua fokus ini.

  • Dukungan untuk Pertanian
    Upaya yang dilakukan antara lain memfasilitasi bantuan benih unggul yang tahan kekeringan, mengusulkan pembangunan embung atau sumur bor untuk mengatasi krisis air, serta memberikan penyuluhan tentang teknik pertanian konservasi.
  • Dukungan untuk Kesenian
    Mengalokasikan dana desa untuk mendukung kegiatan grup Ebeg, misalnya untuk perbaikan kostum, pembelian alat musik, atau memfasilitasi pementasan dalam acara-acara resmi desa dan kecamatan.
  • Peran BUMDes
    Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dapat dikembangkan untuk mengelola pemasaran produk olahan singkong secara lebih profesional, menciptakan merek lokal, dan memperluas jangkauan pasarnya.

Dimensi Sosial yang Guyub dalam Pertanian dan Kesenian

Kehidupan sosial di Desa Paberasan sangat komunal dan guyub. Semangat gotong royong terlihat jelas dalam dua arena utama. Di bidang pertanian, warga saling membantu saat musim tanam atau panen. Di bidang kesenian, persiapan untuk sebuah pementasan Ebeg melibatkan banyak orang, mulai dari para penari, penabuh gamelan, hingga warga yang membantu menyiapkan logistik.

Kesenian Ebeg juga berfungsi sebagai katup pelepas lelah dan sarana hiburan kolektif setelah berbulan-bulan bekerja keras di ladang. Perpaduan antara kerja keras di sawah dan perayaan budaya melalui seni inilah yang membentuk karakter sosial masyarakat Paberasan yang tangguh dan ekspresif.

Peluang di Masa Depan: Agrowisata Budaya dan Penguatan UMKM

Di tengah tantangan ketergantungan pada pertanian tadah hujan, Desa Paberasan menyimpan potensi pengembangan yang besar dan unik.

  • Agrowisata Budaya
    Desa ini dapat merancang paket wisata tematik yang menggabungkan pengalaman pertanian (misalnya, ikut menanam atau memanen palawija) dengan atraksi utama berupa lokakarya atau pementasan eksklusif kesenian Ebeg. Ini merupakan ceruk pasar wisata yang sangat potensial.
  • Penguatan Merek UMKM
    Dengan sentuhan desain kemasan yang modern dan pemasaran digital, produk olahan singkong dari Paberasan dapat naik kelas dan menjangkau pasar yang lebih luas di luar Cilacap.
  • Regenerasi Berkelanjutan
    Mendorong regenerasi tidak hanya di sektor pertanian tetapi juga di bidang kesenian, misalnya dengan memasukkan Ebeg sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah lokal atau mengadakan festival Ebeg tahunan.

Dengan mengelola tantangan sumber daya air secara inovatif dan terus memoles aset budayanya yang tak ternilai, Desa Paberasan berpeluang besar untuk bertransformasi. Ia tidak hanya akan dikenal sebagai lumbung padi yang tangguh, tetapi juga sebagai destinasi budaya yang hidup dan mempesona.